Seperti yang kita ketahui beberapa
bulan yang lalu, Presiden terpilih Ir. Joko widodo dan wakilnya yakni Drs.
Jusuf kalla mengadakan suatu terobosan baru dalam memilih para menterinya untuk periode 2014-2019 dengan
cara meminta partisipasi masyarakat melalui poling pemilihan. Hal ini sentak
menimbulkan banyak komentar mulai dari beberapa pakar ketenegaraan, pengamat
politik, sampai para pemimpin daerah yang masih aktif menjabat.
Seperti
yang dikatakan oleh pengamat politik M. Qodari, yang mengatakan menteri pilihan
Jokowi akan berpengaruh banyak dalam mempertahankan dukungan rakyat terhadap
pemerintahannya. "Apakah menteri yang dipilih Jokowi memberikan
kepercayaan yang lebih baik dibanding pemerintahan SBY. Tentu saja itu akan
memberikan tambahan modal politik untuk menghadapi tantangan ke depan. Tapi
jika kualitasnya tidak baik, tentu opini publik akan bergeser,"
Dalam susunan menteri nanti, Philips J. Vermonte pengamat politik lainnya mengatakan kabinet Jokowi tidak mungkin diisi oleh profesional semuanya, melainkan juga dari kubu partai politik.
Dalam susunan menteri nanti, Philips J. Vermonte pengamat politik lainnya mengatakan kabinet Jokowi tidak mungkin diisi oleh profesional semuanya, melainkan juga dari kubu partai politik.
"Partai politik juga ingin berkuasa, dalam
arti ingin memenuhi kebajikan publik. Parpol ini berjuang selama lima tahun,
dan reward-nya adalah jabatan presiden dan kabinet, jadi wajar jika diberi
kursi," kata Philips.
Jokowi, lanjut Philips, harus memilih orang-orang di kabinetnya yang bersih
dari catatan buruk dan dilakukan dengan transparan.
"Sepanjang punya kemampuan yang dibutuhkan tentu baik. Tidak punya catatan
buruk, itu juga penting. Karena keseluruhan citra Jokowi itu dibangun dengan
dasar transparansi. Catatan korupsi relatif lebih bersih dibanding tokoh politik
lain," lanjut Philips.
Pola
yang diperlihatkan Jokowi dan Jusuf Kalla ini juga mencerminkan semakin
dekatnya pemimpin dengan masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi didalam
perekrutannya, membuktikan dilapangan sangat efektif dan pemimpin lebih dapat
bekerja tanpa hambatan, karena kuatnya kualitas perekrutan dan penerimaan
dilapangan.
Untuk
itu menggagas pola perekrutan Menteri secara lelang terbuka sangat penting
dilaksanakan.Bahwa setiap orang bisa mendaftarkan diri dan melakukan cek
administrasi bertingkat sampai dokumen dianggap layak dan lengkap untuk melakukan
fit and proper test.
Pola
ini sebenarnya bukan mengulang Pemilu, ini lain sekali. Karena setiap orang
akan mendaftarkan diri dan menguji diri untuk menjadi Menteri. Lalu siapa tim
juri yang bisa diharapkan independen dan mempunyai public trust untuk melakukan
ini. Tentunya ini adalah tim bentukan Jokowi-JK karena merekalah yang akan
menggunakan Menteri-Menterinya, dengan melibatkan tokoh senior yang cakap
dibidangnya untuk melakukan pola perekrutan ini.
Fenomena
banyaknya relawan pendukung kepada Prabowo dan Jokowi juga merupakan bagian
pendorong era terbuka pemilihan Menteri ini.
Diharapkan
dengan perubahan ini Jokowi-JK dapat mendorong partai membangun sistem
keterbukaan dan membangun ukuran kinerja partai tidak hanya untuk
konstituennya, namun dirasakan secara langsung oleh semua anak bangsa. Tentunya
Reformasi Birokrasi dan Good Governance dengan pola ini paling bisa diharapkan
terjadi. Dengan pola pengawasan dan pelaksanaan program para Menteri dengan
sistem yang dibangun terbuka ini juga akan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam membangun negaranya.
Apakah
Jokowi -JK bisa tetap menjaga partisipatif yang tinggi dari masyarakat? Semua
sudah dimulai, jangan lagi kita kembali ke jaman dunia politik yang hanya
dimiliki sebagian orang saja. Mudah-mudahan Jokowi-JK bisa? Semoga. Aamiin.
No comments:
Post a Comment